Ragasportnews.com – Direktur Regional WHO, Hans Kluge, mengatakan risiko semakin tinggi lantaran program vaksin yang lamban, kemunculan varian baru virus corona, dan peningkatan hubungan sosial.
Juga, pada Juni-Juli digelar turnamen sepak bola besar Euro 2020 di 11 negara yang dikhawatirkan mampu menjadi “penyebar luar biasa” Covid-19.
Baca juga : Euro 2020 : Alasan Timnas Italia Bisa Jinakkan Spanyol di Semifinal Euro 2020
Saat ratusan suporter yang kembali dari London dan St Petersburg telah dinyatakan positif Covid-19.
Pada Jumat (02/07), perhelatan Euro 2020 – dikenal juga menggunakan Piala Eropa 2020 – memasuki babak perempat final dengan menggelar 2 pertandingan.
Laga Swiss melawan Spanyol digelar di St Petersburg, Russia, yang mencatat tingkat kematian tertinggi, tetapi juru bicara pemerintah, Dmitry Peskov, menegaskan pihaknya tidak berencana menerapkan lockdown atau karantina wilayah untuk menekan penyebaran virus.
Laga kedua, yang mempertemukan Belgia dan Italia, digelar pada Muenchen, Jerman.
Menteri Dalam Negeri Jerman, Horst Seehofer, mengecam federasi sepak bola Eropa, UEFA, lantaran mengizinkan Euro 2020 digelar dengan melibatkan banyak penonton.
Sebelumnya, staf senior darurat WHO, Catherine Smallwood, meminta kota-kota tuan rumah agar berbuat lebih banyak pada memantau konvoi para suporter.
Kebangkitan varian Delta
Varian Delta yang berasal dari India dipercaya menjadi ancaman terbesar oleh banyak negara di Eropa.
Badan pengendalian penyakit Uni Eropa (ECDC) memperkirakan kehadiran varian itu bisa menyebabkan 90% kasus dalam akhir Agustus.
Rusia mengalami rekor jumlah kematian selama 3 hari terakhir, dengan 672 kematian dan 23.543 kasus baru diumumkan pada Kamis saja.
Saat ini sebagian besar kasus baru pada Moskow merupakan varian Delta, dan pejabat tinggi kesehatan juga membicarakan varian Delta-plus.
Kota tuan tempat tinggal Euro 2020 St Petersburg mencatat 115 kematian pada 24 jam terakhir pada Kamis, menjelang laga perempat final Euro 2020 antara Spanyol dan Swiss.
UEFA ‘tidak bertanggung jawab’
Badan sepak bola Eropa, UEFA, dituding “tidak bertanggung jawab” sang Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer, yang mengatakan bahwa saling memeluk pada antara suporter akan membantu mengembangkan virus.
Dia sangat mengkritisi terhadap keputusan mengizinkan 60.000 suporter masuk ke stadion pada Budapest (Hungaria) dan Wembley pada London untuk fase semi-final dan final.